Home Kisah Inspiratif 5 Kisah Spiritual di Balik Hari Suci Hindu yang Perlu Anda Ketahui
Kisah Inspiratif

5 Kisah Spiritual di Balik Hari Suci Hindu yang Perlu Anda Ketahui

Share
5 Kisah Spiritual di Balik Hari Suci Hindu yang Perlu Anda Ketahui
Share

Beritahindu.com – Setiap agama punya hari-hari suci yang khas, termasuk Agama Hindu yang penuh dengan tradisi dan perayaan. Umat Hindu merayakan berbagai Hari Suci sebagai wujud penghormatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasinya. Perayaan ini bukan hanya untuk memperkuat Shraddha (iman) dan Bhakti (devosi), tapi juga untuk menumbuhkan ketenangan lahir batin, serta menjalankan ajaran Hindu secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

5 Kisah Spiritual di Balik Hari Suci Hindu yang Perlu Anda Ketahui

Berikut adalah lima cerita yang berkaitan dengan hari suci Hindu yang memiliki makna mendalam:

1. Hari Suci Purnama dan Tilem

Hari suci Hindu yang pertama adalah hari Purnama, yang dirayakan saat bulan berada dalam fase penuhnya, sementara Tilem dirayakan ketika bulan tidak tampak. Asal usul kedua hari suci Hindu ini bermula dari kisah Dewa Candra yang menikahi 27 putri Daksa, yang merupakan putra Dewa Brahma. Dari semua putri tersebut, Dewa Candra paling menyayangi Rohini. Ketidaksukaan istri-istri lainnya terhadap Rohini mengakibatkan mereka melapor kepada Daksa, yang kemudian mengutuk Dewa Candra hingga sinarnya memudar.

Dalam keputusasaannya, Dewa Candra meminta bantuan Dewa Siwa, yang akhirnya meletakkannya di atas kepalanya. Untuk mengembalikan keseimbangan, Daksa meminta Dewa Siwa agar Dewa Candra kembali, tetapi Dewa Siwa menolak. Sebagai solusi, Dewa Candra dibagi menjadi dua: satu bagian kembali kepada Daksa dan satu lagi tetap bersama Dewa Siwa. Inilah yang menyebabkan bulan bersinar selama 15 hari (Purnama) dan redup selama 15 hari (Tilem).

2. Hari Raya Galungan

Hari Galungan (hari suci Hindu) dirayakan sebagai simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan, yang diperingati setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Rabu, Budha Kliwon, Wuku Dungulan. Cerita di balik Galungan terkait dengan Raja Mayadanawa dari Balingkang, yang dikenal angkuh dan menyuruh rakyatnya untuk memuja dirinya, bukan Ida Sang Hyang Widhi.

Ketidakadilan ini membuat rakyat hidup dalam ketakutan. Mpu Kul Putih, seorang pemuka agama, lalu melakukan yoga samadhi di sebuah Pura Besakih untuk mencari jalan keluar. Ia mendapatkan petunjuk bahwa hanya Dewa Indra yang bisa mengalahkan Raja Mayadanawa. Dengan bantuan Dewa Indra, Raja Mayadanawa akhirnya dikalahkan, yang disambut dengan suka cita oleh rakyat. Kemenangan ini menjadi simbol bahwa kebaikan selalu mengalahkan kejahatan.

3. Hari Siwaratri

Kemudian hari suci Hindu berikutnya adalah Siwaratri, yang jatuh pada malam sebelum Tilem ke tujuh, diperingati dengan mengingat kisah seorang pemburu bernama Lubdaka. Meskipun ia seorang pemburu yang sukses, ia menyadari bahwa profesinya adalah dosa. Dalam pencariannya untuk berlindung di malam hari, ia mendaki Pohon Bila dan selama di sana, ia merenungkan kesalahannya.

Ia berjanji untuk tidak berburu lagi dan memilih untuk menjadi petani. Ketika ia meninggal, Dewa Siwa mengantar rohnya ke surga sebagai penghargaan atas penyesalan yang tulus atas dosa-dosanya. Hari Siwaratri menjadi momen bagi umat Hindu untuk memohon ampunan dan refleksi diri.

4. Hari Raya Nyepi

Hari Nyepi, yang merupakan perayaan Tahun Baru Saka, berasal dari cerita tentang banyak bangsa di Asia yang hidup dalam ketegangan, dan hari nyepi ini juga termasuk hari suci Hindu. Di tengah situasi ini, Bangsa Saka muncul sebagai pembawa misi perdamaian. Ketika pemimpin Bangsa Pahlava menyadari pentingnya harmoni, hubungan antar bangsa mulai membaik. Raja Kaniska I dan II lalu menetapkan tahun baru sebagai simbol pencerahan dan perdamaian, dirayakan dengan khidmat melalui tapa brata samadhi, sebagai cara untuk merenungkan dan mengingatkan kembali akan pentingnya kedamaian.

5. Tumpek Wayang

Hari Tumpek Wayang dihubungkan dengan kisah Bhatara Kala dan Bhatara Kumara, dua putra Dewa Siwa. Keduanya lahir pada Wuku Wayang, dan Bhatara Kala tidak senang memiliki saudara yang lahir di waktu yang sama. Dewa Siwa pun mengutuk Bhatara Kumara untuk tidak tumbuh besar. Dalam pelarian dari Bhatara Kala, Bhatara Kumara bersembunyi di pertunjukan wayang dan meminta perlindungan.

Akhirnya, Bhatara Kala ini memberikan kemampuan kepada sang dalang untuk membersihkan makhluk dari kekotoran. Tumpek Wayang diperingati setiap 210 hari sekali, dan anak-anak yang lahir pada Wuku Wayang biasanya menjalani ruwatan Sapuh Leger untuk menjaga dari pengaruh buruk.

Melalui cerita-cerita ini, kita dapat melihat bagaimana hari suci dalam agama Hindu bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga pelajaran moral yang mendalam. Umat Hindu merayakan berbagai hari raya untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Baca juga: Hindu Bali dan Hindu India, Apa Saja Perbedaannya?

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles
Peran Kerajaan Bali dalam Penyebaran Agama Hindu di Nusantara!
Kisah Inspiratif

Peran Kerajaan Bali dalam Penyebaran Agama Hindu di Nusantara!

Beritahindu.com- Agama Hindu sudah jadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas budaya...