Didalam agama Hindu ada lima dasar keyakinan umat Hindu yaitu percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi), Percaya adanya Atman, Percaya adanya hukum Karmaphala, percaya adanya Moksa, dan percaya adanya Punarbhawa. Diantara kelima dasar keyakinan tersebut, salah satu yang menjadi bahan pembahasan artikel kali ini adalah Punarbhawa. Apa itu Punarbhwa?
Punarbhawa
Punarbhawa berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna reinkarnasi atau terlahir kembali. Punar bermakna “lagi”, sedangkan Bhawa artinya “menjelma”, maka Punarbhawa memiliki arti kelahiran kembali yang berulang-ulang atau Reinkarnasi (samsara).
Proses reinkarnasi sendiri digambarkan sebgai roda yang terus berputar dari atas kebawah, kemudian naik terus keatas hingga tidak ada henti. Perputaran tersebut mendapat pengaruh dari hukum karma yang dibawa oleh Atman yang disinari oleh Brahman lewat triloka yakni Bhur, Buvah dan svah.
Bhur memiliki makna alam fisik yang mana tubuh terdiri atas lima unsuryang disebut dengan Panca Maha Buta yaitu tanah (pertiwi), air (apah), api (teja), angin (bayu) dan ether (akasa) dan kelima unsur ini membentuk Praktriti (alam).
Lalu bhuvah artinya alam pertengahan yang mana bhuvah juga merupakan Prama Sakti. Meski demikian Prama Sakti hanya dapat menghidupkan tubuh karena adanya Prajnanam.
Kitab suci Weda mengatakan bahwa Prajnanam Brahman yang artinya Tuhan adalah kesadarean yang selalu utuh dan menyeluruh selamanya. Dan svah artinya swarga lokasurga temoat dewa.
Dalam keyakinan ini proses reinkarnasi adalah dimulai dari svah loka, dimana Atman mendapat sinar dari Brahman yang dibungkus dengan Triguna sehingga lahir dan menjelma di Bhuva loka yaitu sebagai manusia, dimana pembentukannya juga sama terdiri dari lima unsur, yaitu Panca Maha Buta, dan lain-alinnya. Setelah manusia meninggal maka atma lahir di Bhuvah loka.
Begitulah reinkarnasi tersebut tidak pernah berhenti dan akan terus berputar mengikuti suatu garis yang melintang dalam Tru Bhwana. Dalam reinkarnasi Atman, diantara Tri Bhuana, lamanya setiap loka tidak pasti sesuai dengan karmanya dan ini ditentukan oleh Brahman.
Adanya perbedaan satu loka (dunia) yang satu dengan lainnya ditentukan oleh unsur Panca Maha butha dari loka itu sendiri.
Punarbhawa ini juga memiliki sangkut paut dengan karma phala, yang mana dalam karma phala akan selalu mengikuti Atman dalam mengarungi tri loka. Apabila karmanya baik pada saat hidup sebagai manusia, maka karmanya akan dibawa saat reinkarnasi menjadi manuisia kembali begitu juga sebaliknya.
Baik buruk kehidupan dan lamanya kehidupan pada suatu loka dapat pola menentukan jenis penjelmaannya apakah jadi amanusaia atau binatang pada kelahiran mendatang. Semua perbuatan tersebut menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman dan bekas-bekas perbuatan (karma wasana) itu beragama macamnya.
Jika bekas-bekas tersebut sifatnya keduniawian, maka jiwatman akan cenderung lebih mudah ditarik oleh hal-hal keduniawian, sehingga jiwatmanpun kan terlahir kembali.
Misalnya jiwa pada waktu mati akan ada bekas-bekas hidup mewah pada jiwatman diakhir jiwatman itu masih ada hubungannya dengan kemewahan hidup, sehingga gampang jiwatman itu ditarik kembali kedunia.
Apabila seseorang telah benar sempurna perbuatannya didunia ini maka Atman akan keluar dari perputaran Tri Bhuana dan menyatu dengan Brahman yang disebut dengan Moksa.
Jadi Punarbhawa memberi kesempatan kepada manusia untuk berbuat (berkarma) sehingga karma-karma itu terikat dan memberi warna kepada jiwa, sehingga muncullah bakat keahlian pada kehidupan ini. Punarbhwa memberi kesempatan kepada jiwa juga untuk meningkatkan statusnya karena kelahiran hanya sekali sebagai manusia, sang jiwa belum sempurna karena hanya memiliki jasmani yang sempurna.
Demikian hukum Punarbhawa itu berputar membentuk lahir hidup dan mati secara berulang-ulang sehingga disebut sebagai samsara. TUjan akhir yang didambakan oleh setiap makhluk hidup didunia ini adalah memutus mata rantai perputaran samsara, yaitu mencapai “Moksartham Jagadhitaya Ca Iti Dharma (kebahagiaan didunia dan kebahagian di akhirat)”.
Menurut ajaran agam Hindu, manusia berasal dari Tuhan karena dalam manusia itu terdapat hakekat Tuhan, hidupnya, nafasnya, dan segala anggota badannya merupakan tempat kekuatan ilahi.
Oleh karena itu manusia denga Tuhan dapat bersatu melalui moksha. Manusia selalu berharap dan sangat ingin mencapai moksha dan bebas dari reinkarnasi serta mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan yang tidak akan adala lagi penderitaan menyusul.
Baca Juga : Peran Kitab Weda dalam Ritual dan Upacara Keagamaan Hindu!
Leave a comment