Beritahindu.com- Hari Raya Kuningan bagi umat Hindu adalah momen penting yang jadi simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan. Dalam tradisi Hindu, kemenangan ini disebut sebagai kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan). Selain itu, Kuningan juga melambangkan kemenangan para dewa melawan para asura, yang dipercaya sebagai makhluk jahat dalam mitologi Hindu.
Makanya, Kuningan jadi hari suci yang penuh makna dan dirayakan dengan berbagai upacara untuk menunjukkan rasa syukur serta harapan perlindungan di masa depan. Di hari ini, umat Hindu menyempatkan diri untuk bersyukur atas segala berkah yang telah mereka terima, serta memohon perlindungan dari para dewa untuk perjalanan hidup yang akan datang.
Hari Raya Kuningan ini sebenarnya dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari kesepuluh setelah perayaan Hari Galungan, hari raya lainnya yang juga sakral bagi umat Hindu. Pada tahun 2024 ini, Hari Raya Kuningan jatuh pada tanggal 5 Oktober, hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, yang menjadi waktu khusus untuk umat Hindu melakukan berbagai ritual dan persembahan.
Alasan Hari Raya Kuningan Hanya Dirayakan Sampai Tengah Hari
Dalam perayaan ini, ada tradisi unik yang dipercaya oleh umat Hindu, yaitu upacara Hari Raya Kuningan hanya boleh dilaksanakan sampai jam 12 siang. Alasannya adalah keyakinan bahwa para dewa dan roh leluhur, atau yang dikenal sebagai para Dewa, Bhatara, dan Pitara, hanya turun ke bumi sampai tengah hari. Mereka datang untuk menerima doa dan persembahan, namun hanya untuk waktu yang terbatas.
Inilah mengapa pelaksanaan upacara diatur sedemikian rupa agar selesai sebelum siang hari, sehingga umat bisa memastikan doa dan sesajen mereka diterima dengan baik oleh para dewa. Selain keyakinan ini, ada juga filosofi lain di balik pelaksanaan upacara sebelum tengah hari.
Menurut tradisi, waktu pagi hingga siang hari adalah waktu di mana energi alam semesta, yang disebut panca mahabhuta atau lima elemen utama yaitu pertiwi (tanah), apah (air), bayu (udara), teja (api), dan akasa (eter), sedang dalam kondisi puncaknya. Energi ini mencapai klimaks saat matahari berada di puncak atau bajeg surya, yakni tengah hari. Pada waktu ini, seluruh energi dari kelima elemen ini berada pada kekuatan maksimal, yang dianggap mendukung pelaksanaan upacara.
Selepas tengah hari, energi ini mulai berangsur-angsur menurun, proses yang disebut sebagai pralina atau pengembalian energi ke asalnya. Ketika malam hari tiba, di saat matahari terbenam, adalah waktu di mana seluruh energi masuk ke fase istirahat atau tamasika kala. Dengan pelaksanaan upacara di pagi hari, umat Hindu bisa memanfaatkan puncak energi alam semesta ini sebagai doa dan persembahan yang kuat, dengan harapan mereka mendapatkan berkah dan perlindungan.
Kisah di Balik Tradisi Hari Raya Kuningan
Di Hari Raya Kuningan ini juga, umat Hindu biasanya membuat nasi kuning sebagai salah satu persembahan yang khas. Nasi kuning ini menjadi simbol kemakmuran dan keberkahan. Selain nasi kuning, umat Hindu juga menyiapkan berbagai sesajen sebagai tanda terima kasih dan suksmaning idep, atau rasa syukur manusia atas segala anugerah dari Sang Hyang Widhi. Dengan sajian nasi kuning serta sesajen lainnya, umat Hindu menyampaikan rasa syukur yang tulus atas segala berkah yang mereka terima dalam hidup.
Lebih dari sekadar ritual, Hari Raya Kuningan mengandung pesan yang mendalam bagi umat Hindu. Kuningan adalah pengingat untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia atau menyama braya, dan mempererat solidaritas sosial di lingkungan sekitar. Ini juga menjadi pengingat untuk selalu menjaga alam dan berperilaku baik terhadap sesama makhluk hidup sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Di hari Kuningan, umat Hindu diharapkan tidak hanya berdoa untuk kesejahteraan diri sendiri, tapi juga untuk kesejahteraan seluruh alam semesta. Dengan mengingat hal-hal ini, umat Hindu bisa merayakan Hari Raya Kuningan dengan hati yang lebih damai, penuh rasa syukur, dan pengertian akan pentingnya hidup berdampingan serta menjaga lingkungan.
Baca juga: Peran Kitab Weda dalam Ritual dan Upacara Keagamaan Hindu!
Leave a comment